Blogger news

Kamis, 13 Mei 2010

PEMBANGUNAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTURAL

llmu ekonomi pembangunan pada umumnya berimpit dengan masalah struktur ekonomi dan pertumbuhan di negara sedang berkembang. Sehingga sampai saat ini pembahasan mengenai pembangunan ekonomi dapat dibedakan pula, dalam hal ini menjadi dua kelompok besar.
1. Pertama, pendekatan mikro yakni mencakup tentang fungsi-fungsi ekonomi, pasar, kelembagaan, mekanisme alokasi sumber daya, pendapatan dan pendistribusiannya dengan meminimalkan sejarah ekonomi dan proses jangka panjang perubahan struktur ekonomi.
2. Pendekatan kedua, cenderung pada kajian mengenai proses perubahan struktural jangka panjang yang mengiringi pertumbuhan. Yang mencakup mengenai beberapa fenomena ekonomi seperti industrialisasi, urbanisasi, tranformasi pertanian cakupan pembahasan seperti ini dinamakan “pertumbuhan ekonomi modern”.
Dengan demikian telaah perubahan stuktural merupakan pendekatan makro yang memiliki jangkauan jangka panjang dan menyeluruh. Meskipun demikian, secara umum fokus kajian dari perubahan struktural adalah industrialisasi. Sementara itu, struktur perekonomian memiliki pengertian sebagai komposisi yang bersifat agregasi. Pada kondisi ketidakseimbangan (disequilibrium), perubahan struktur akan dapat menjadi sumber potensial untuk pertumbuhan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perubahan struktural yang berimpit dengan masalah pembangunan ekonomi disebut sebagai transformasi struktural (structural tranformation). Salah satu pendekatan sejarah tentang transformasi struktural adalah “pendekatan tahapan” (stage approach) yang dikemukakan oleh Rostow (1960). Tahapan yang terpenting dari lima tahap Rostow adalah “tahapan tinggal landas” (take off), yakni tahapan yang mensyaratkan tingkat akumulasi kapital tertentu dan adanya sektor unggulan (the leading sector) yang menyebabkan tranformasi struktural.
Kritik utama terhadap pendekatan ini adalah tidak adanya mekanisme endogen sebagai transisi diantara tahapan, dan konsep prasyarat untuk tinggal landas. Pendekatan historis lainnya yakni pendekatan yang dikemukakan oleh Gerschenkron (1962). Dia menyatakan bahwa kecepatan industrialisasi di negara-negara Eropa yang berbeda disebabkan perbedaan tingkat ekonomi awal membangun. Sehingga pembangunan bagi sebuah bangsa sangat bergantung oleh kemampuan awal bangsa itu. Dia mencontohkan beberapa negara di Eropa yang telah memiliki prasyarat ketika mulai membangun, seperti adanya sektor perbankan, akan berbeda dengan yang tidak memiliki prasyarat itu.
Transformasi struktural merupakan prasyarat dari peningkatan dan kesinambungan pertumbuhan dan penanggulangan kemiskinan, sekaligus pendukung bagi keberlanjutan pembangunan itu sendiri. Pembangunan di Indonesia telah berhasil memacu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, yang ditandai terjadinya perubahan struktur perekonomian.

Proses perubahan struktur perekonomian ditandai dengan:
(1) merosotnya pangsa sektor primer (pertanian),
(2) meningkatnya pangsa sektor sekunder (industri), dan
(3) pangsa sektor tersier (jasa) kurang lebih konstan, namun kontribusinya akan meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.
Sementara itu, pembahasan tranformasi stuktural yang bersifat analitis telah di mulai sejak Harrod-Domar yang lebih melihat dari sisi permintaan. Sementara dari sisi penawaran terdapat model pertumbuhan Solow. Fokus dari tranformasi struktural adalah pergeseran akumulasi kapital.
Akumulasi dari kapital baik fisik atau manusia; dan pergeseran permintaan, perdagangan, produksi dan tenaga kerja merupakan masalah inti dari tranformasi, disamping adanya perkembangan sosial ekonomi Yang terakhir mencakup perubahan lokasi aktifitas ekonomi seperti urbanisasi dan aspek-aspek lain yang berhubungan dengan industrialisasi seperti transisi demografi dan distribusi pendapatan. Kuznet juga menekankan bahwa perubahan struktur tidak hanya pada masalah ekonomi, tetapi juga masalah sosial kelembagaan dan kepercayaan yang melingkupinya (Chenery dan Syrquin,1975; Syrquin, 1988).




Dampak positif proses transformasi perekonomian :
1. Peningkatan produksi pertanian yang dirangsang oleh perubahan sistem pertanian subsistence ke pertanian modern (agroindustri).
2. Penyerapan tenaga kerja (pengangguran) di perkotaan pada industri-industri baru.
3. Percepatan arus uang dan barang yang merangsang percepatan pendapatan perkapita masyarakat, yang pada gilirannya memperbaiki tingkat kesejahteraannya.

Dampak negatif proses transformasi perekonomian :
1. Hilangnya lahan pertanian (sawah dan non sawah), yang mengakibatkan para petani dan buruh penggarap kehilangan mata pencaharian.
2. Munculnya pengangguran struktural yang tidak mungkin tertampung seluruhnya pada sektor industri dan jasa.
3. Tingginya laju urbanisasi yang menjadikan beban kota semakin berat serta menimbulkan masalah-masalah sosial lainnya.

Tidak ada komentar: